Tempat bersejarah dan dikeramatkan di Desa Jojogan tidak kalah menarik dengan desa-desa lain, baik dari segi tempat maupun dari segi mistisnya, berikut beberapa penjelasan tempat bersejarah di Desa Jojogan :
(klik “Show” untuk membuka penjelasan)
Sejarah Tempat : SUMUR KUYAM |
SelectShow> |
Sumber mata air merupakan kebutuhan dan erat kaitannya dengan keberlangsungan hidup untuk setiap makhluk . Sumber mata air yang berada di Desa Jojogan salah satunya yaitu sumur kuyam. Sumur kuyam merupakan sumbar mata air asli dari pegunungan yang terletak di tepi sungai dusun sidomakmur Desa Jojogan Kecamatan Watukumpul. Lokasi sumur kuyam ini berada tepat dibelakang rumah bapak Wartono yang menjabat sebagai RT 19 (2017).
Sumur Kuyam dibangun sebelum jaman penjajah masuk di Indonesia, sumber mata air ini keluar dari arah barat ke timur walaupun aliran arus sungai yang mengalir dari selatan ke arah utara. Asal nama Kuyam diambil dari kayu yang tumbuh disekitar sumur tersebut, sedangkan kata sumur berarti sumber air bersih oleh karena itu sumber mata air yang berada di dusun Sidamakmur dinamakan Sumur Kuyam. Sumur Kuyam ini digunakan untuk kebutuhan sehari – hari seperti untuk minum, mandi, mencuci juga dapat digunakan sebagai pengairan sawah – sawah penduduk setempat.

Penduduk setempat membawa buyung (kendil besar) yang digunakan untuk menampung air yang ada di sumur Kuyam. Air yang ditampung dari Sumur Kuyam akan dimanfaatkan sebagai konsumsi sehari – hari dan untuk pengairan sawah. Sumur Kuyam adalah sumber mata air yang tidak pernah kering, hal ini terlihat dari musim ke musim. Musim hujan sumur kuyam terkadang aliranya tidak terlihat dikarenkan tertutup oleh aliran sungai. Musim kemarau aliran sumur Kuyam lebih deras dari pada musim hujan, hal ini berbanding terbalik saat musim hujan. Sekeliling sumur kuyam terdapat banyak bebatuan besar yang secara alami terbentuk dan mengelilingi sumber mata air tersebut. Seiring berkembangnya jaman, batu – batu besar yang mengelilingi sumur Kuyam mulai dimanfaatkan untuk pembuatan rumah – rumah penduduk di sidomakmur. Karena pada jaman itu sidomakmur mulai padat penduduk dan bermukin disekitar lokasi sumur kuyam.

Batu yang sengaja dipahat selain untuk pembangunan juga digunakan untuk kegiatan adat budaya. Kegitan tersebut dilaksanakan setiap musim kemarau menjelang datang. Didekat sumur kuyam diletakkan sebuah boneka yang biasa digunakan untuk upacara pemanggilan hujan. Setiap pagi menjelang sore boneka tersebut diletakan didekat sumur selama tujuh hari, dan menjelang malam boneka tersebut digunakan untuk upacara pemanggil hujan dengan nyanyian jawa dan membakar kemenyan selama tujuh hari. Boneka itu dinamakan boneka “Berendung” dimana orang – orang sidomakmur menyebutnya. Setelah hari ketujuh konon katanya hujan pun mulai turun menyirami bumi dan membawa kesejukkan dalam damai.
Didekat sumur kuyam terdapat anak tangga yang sengaja dibangun oleh penduduk setempat yang bertujuan untuk mempermudah jalan menuju sumur kuyam. Anak tangga tersebut dibuat dengan batuan kali yang telah dipahat dan disusun rapi. Dengan semangat gotong royong penduduk setempat maka anak tangga tersebut selesai dengan baik dan bangunan anak tangga yang sekarang sudah dikombinasikan dengan semen untuk memperkokoh anak tangga tersebut.

|